“Ve..Besok dia akan pergi.. Tapi sampai sekarang dia belum menghubungi aku,” kata Lala.
”Kamu ga mencoba menghubungi dia?,”tanyaku.
”Ga, ve.. Aku ga mau menganggunya, merepotkannya untuk yang terakhir kali, sebelum dia pergi,,”
”Tapi, La.. Kamu belum menyelesaikan masalahmu dengannya,”
”Aku tahu.. Tapi aku ga mau terus-menerus meneleponnya lebih dulu.. Aku hanya ingin tahu, apakah dia tetap menganggapku sahabatnya?,”
”La, aku mau bertanya.. Tapi kamu harus menjawabnya dengan jujur.. Janji?,”
”Iya, aku janji.. Apa yang mau kamu tanyakan?,”
”Hmm... Jujur, kamu menyayangi dia, lebih dari sahabat bukan?,”
”Ve,, kamu ga akan mengerti... Aku memang menyayanginya lebih sari sekedar sahabat... Tapi aku selalu berusaha untuk menyayanginya dengan tulus sebagai sahabatku..,”
”Tapi, La.. Kamu kehilangan dia... Kamu menutupi perasaanmu,, kamu menahan perasaan yang ada dalam diri kamu...,”
”Aku tahu... Jujur, aku memang kehilangan dia.. Apalagi saat dia bilang kalau lebih baik aku dan dia hanya menjadi teman, bukan sahabat.. Sekarang aku bingung, apakah aku harus menunggunya?,”
”La, aku memang ga kenal sama dia.. Tapi menurutku, dari semua cerita-ceritamu tentang dia, aku yakin, dia juga mempunyai perasaan yang sama... Aku yakin dia juga menganggapmu lebih dari sahabat, La...,”
”...”
”La, menurutku, God ngirim dia untuk kamu untuk memberikan kamu orang yang terbaik dalam hidup kamu... Dan aku yakin, dia yang terbaik untuk kamu yang God beri sampai saat ini..,”
”Makasih, ve...,”
”Sama-sama, La... Aku cuman ga ingin kamu sedih... Aku ingin kamu tertawa dan tersenyum kembali...,”
Lala pun tersenyum kembali..
Berhari-hari aku bertemu Lala di sekolah... Lala kelihatan murung... Matanya memerah, bengkak... Mukanya lesu... Mungkin Lala dapat menutupi kesedihannya dari orang lain, tapi Lala tidak akan bisa menutupi kesedihannya dariku..
Hari demi hari...
Minggu demi minggu...
Bulan demi bulan...
Wajah Lala terlihat semakin segar.. Tak ada lagi mata yang merah... Tak ada lagi senyum yang dipaksa... Tak ada lagi kesedihan yang ditutupi..
”Ve... Makasi... ”
”Makasi untuk apa, La?,”
”Kamu udah buat aku percaya sama dia... Kamu membantu aku untuk mengerti semuanya...,”
”Bukan karena aku, La... Tapi karena kamu... Kamu membuat diri kamu percaya kepada dia dan God... Kamu membuat diri kamu percaya kalau dia adalah yang terbaik yang God beri ke kamu sampai sekarang... Selamat, La... Aku senang banget kamu bisa kembali tersenyum dan tertawa tanpa menutupi kesedihan kamu...,”
”Aku belajar banyak dari kamu, Ve...Aku tahu, orang yang kita sayang bukan milik kita... Tapi milik God... Mereka hanya dititipkan kepada kita.. Tugas kita hanya menjaga dan menyayangi mereka sepenuh hati kita... Dengan tulus... Kita ga boleh marah sama God... God berhak mengambil orang yang kita sayangi... God tahu yang terbaik untuk kita... Aku yakin God akan beri yang terbaik untuk kita... ,”
No comments:
Post a Comment