Ia melakukanya. Sudah kuduga sebelumnya. Ia akan melakukannya. Waktu itu telah kunantikan selama bertahun-tahun. Ia pasti akan melakukannya. Dan waktu itu telah sampai. Ia telah melakukannya di hadapanku. Mencabik-cabik segala harapanku yang kini telah musnah. Merajam seluruh kepercayaanku. Melunturkan seluruh warna mimpiku. Menghancurkan diriku. Membakar seluruh anganku hingga yang tersisa hanyalah abu. Abu yang berupa ampas dari seluruh anganku. Tiada bekas. Anganku telah musnah. Aku bahkan tak tahu lagi apa yang akan kulakukan dalam hidupku. Tak ada lagi. Seharusnya kuakhiri saja perjalanan hidup ini. Tiada guna lagi. Angan, mimpi, harapan, kepercayaan, semua palsu. Tiada lagi yang dapat kupercaya. Semua hilang. Hangus terbakar. Kosong. Hampa. Musnah. Hangus. Tiada guna. Apapun yang akan aku lakukan akan sia-sia.
Aku tak lebih dari seonggok kapas yang mudah hanyut terbawa angin. Mengikuti jejak angin yang tak tentu arahnya. Ya, itulah aku sekarang. Seonggok kapas yang kotor, kecil, dan tak berguna. Ya. Tak ada yang mempedulikanku. Bahkan bintang. Bintang yang mengikutiku pun tak pernah peduli padaku. Bintang yang selalu mendengar tangisanku, yang selalu mendengar teriakan tolongku. Ia hanya memandangku. Tersenyum. Dan tertawa bersama teman-temannya di langit hitam. Tak mempedulikanku. Bintang melirikku?? Jangan harap. Tidak sama sekali. Dilahirkan untuk apakah aku ini?? Untuk diam. Untuk disakiti. Untuk dijauhi. Untuk dipermainkan. Untuk dihancurkan. Untuk dibunuh. Aku telah hancur. Semua telah terbunuh. Apalagi yang akan ia ambil?? Harta? Aku tak punya harta. Keindahan? Apalagi. Keindahanku telah tiada. Harapan? Harapanku telah tercabik-cabik. Mimpi? Mimpiku telah berwarna putih. Angan? Bukankah ia sudah membakar seluruh anganku? Hanya abu yang tersisa. Tiada lagi yang dapat kupertahankan. Tiada lagi alasan untuk hidup. Tiada lagi kepercayaan yang dapat kupegang. Aku sudah tidak mempunyai apapun. Hanya seonggok kapas yang kotor. Tak berguna.
No comments:
Post a Comment